STRATEGI PENGAMANAN PANGAN PRODUK DARI LAHAN PASCA TAMBANG TIMAH

Upaya reklamasi terus dilakukan oleh PT Timah dan masyarakat dalam optimalisasi lahan pasca tambang timah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.  Akademisi dari perguruan tinggi, Lembaga Penelitian, Dinas Pertanian dan Swasta juga terus berupaya melakukan penelitian berkaitan pemanfaatan lahan pasca tambang timah.  Selain dibudidayakan tanaman tahunan, saat ini juga mulai dilakukan uji coba untuk pengembangan tanaman pangan dan hortikultura, mengingat tingginya kebutuhan masyarakat.

Pengembangan tanaman hortikultura menjadi salah satu pilihan petani dalam pemanfaatan lahan pasca tambang timah.  Berdasarkan hasil penelusuran, komoditi hortikultura yang saat ini banyak dikembangkan oleh petani pada lahan pasca tambang timah antara lain buah naga, cabai, pepaya, nenas. bawang merah dan jenis komoditi hortikultura lainnya.  Komoditas hortikultura memiliki waktu singkat untuk dapat berproduksi sehingga sangat disukai oleh petani di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.  Pengembangan tanaman hortikultura di lahan pasca tambang timah harus dapat terjamin mutu dan keamanannya sehingga diperlukan strategi dalam pengamanan pangan yang berasal dari lahan pasca tambang timah.

Berdasarkan hasil pengawasan yang dilakukan terhadap buah naga, pepaya, cabai merah, nenas dan bawang merah yang berasal dari areal pasca tambang timah menunjukkan bahwa produk yang dihasilkan aman dikonsumsi.  Beberapa waktu lalu dilakukan juga pengujian serapan logam berat pada tanaman nenas yang berasal dari lahan pasca tambang timah yang ada di Desa Badau Kabupaten Belitung.  Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan diketahui bahwa nenas tersebut mengandung logam berat timbal (Pb) melebihi baku mutu SNI 7387 Tahun 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan.  Menurut Prof. Dr. June Mellawati yang saat ini merupakan peneliti dari  Badan Tenaga Nuklir di Indonesia menyatakan bahwa kandungan logam Pb yang terdapat pada buah nenas sebesar 1,75 mg/kg tersebut merupakan hasil pengujian dari berat kering buah nenas.  Hal ini menunjukkan bahwa buah nenas mengandung 1,75 mg Pb dari 1 kg berat kering buah nenas. Pada saat pengujian sampel buah nenas diketahui bahwa kadar air yang dimiliki buah nenas saat itu berkisar 87% sehingga jika kandungan Pb pada buah nenas terdeteksi sebesar 1,75 mg/kg pada berat kering maka kandugan Pb pada buah nenas segar sama dengan 0,26 mg/kg. Dengan demikian, buah nenas dalam kondisi segar tersebut aman untuk dikonsumsi.  Berdasarkan SNI diketahui pada kategori buah dan sayuran batas maksimum cemaran logam berat Pb adalah 0,5 mg/kg.  Kandungan logam berat Pb yang melebihi baku mutu SNI 7387 Tahun 2009 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan tersebut diduga karena adanya pengujian sampel nenas dilakukan pada buah utuh yaitu daging dan kulit.  Beliau mengatakan perlu adanya penelitian lanjutan terhadap serapan logam berat Pb pada buah nenas dengan cara menguji kandungan logam berat pada kulit buah dan daging buah.   

Untuk mengatasi cemaran Pb pada buah agar tidak berbahaya bagi tubuh manusia adalah dengan bijak dalam mengkonsumsi seperti melakukan pengupasan buah dan pencucian hingga bersih. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dibutuhkan waktu lebih kurang 5 menit untuk merebus kangkung dengan tujuan pengurangan kandungan Pb sehingga tidak menurunkan nilai gizi dari kangkung tersebut. 

Optimalisasi lahan pasca tambang diharapkan dapat memberikan solusi dalam peningkatan produksi hortikultura di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan jaminan mutu dan keamanan pangan yang baik.  Selain itu, pemanfaatan lahan pasca tambang timah memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan penduduk di sekitar tambang timah. 

Penulis : Hepa Lestari¹ dan Eries Dyah Mustikarini²

¹ Pengawas Mutu Hasil Pertanian sekaligus Mahasiswa Magister Program Studi Ilmu Pertanian Universitas Bangka Belitung.

² Dosen Magister Program Studi Ilmu Pertanian Universitas Bangka Belitung.