Webinar Reklamasi Lahan Pasca Tambang dengan Tanaman Non-Edible Bersama Prof. Ir. Dedik Budianta, M.S.

Bangka – Prodi Magister Ilmu Pertanian Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas Bangka Belitung (UBB) kembali melakukan kegiatan dalam rangka sosialisasi potensi bidang pertanian sebagai upaya pemanfaatan lahan pasca tambang pada Senin (17/10/2022). Kegiatan seminar berbasis web atau webinar ini bertajuk “Reklamasi Lahan Pasca Tambang dengan Tanaman Non Edible” dengan menghadirkan Prof. Dr. Ir. H. Dedik Budianta, M.S. yang merupakan seorang ketua prodi S3 Ilmu Pertanian Universitas Sriwijaya dengan bidang keahlian ilmu pertanahan. Dalam webinar ini, Dedik Budianta menyampaikan materi berkaitan dengan tanaman non-edible yang dapat menjadi alternatif dalam rehabilitasi lahan pasca tambang.

“Yang dimaksud dengan tanaman non-edible adalah tanaman yang tidak dikonsumsi oleh hewan dan manusia. Tanaman ini dapat menjadi alternatif lebih baik karena tanaman ini dapat dengan cepat memperbaiki kesuburan tanah serta logam yang diserap tak perlu dikhawatirkan mendampak pada manusia dan hewan.” Ucap Dedik.

Ia juga menjelaskan lebih lanjut bahwa tanaman non-edible ini merupakan bioaccumulator logam berat yang terkandung dalam tanah bekas lahan tambang. Seperti yang diketahui, lahan bekas tambang mengandung logam berat seperti Pb, Cd, dan Zircon. Contoh tanaman non-edible yang memungkinkan untuk menjadi alternatif lahan bekas tambang di Bangka Belitung adalah tanaman mahoni, sengon, dan glisiride. Selain itu, adapula tanaman non-edible yang bernilai ekonomi dan sudah tak asing bagi masyarakat Bangka Belitung seperti karet dan akasia.

Prof. Dedik Budianta juga menekankan bahwa tanaman non-edible ini akan menyerap logam berat tanah dalam kurun waktu tertentu hingga akhirnya kualitas tanah menjadi subur dan bebas logam berat. Jika kualitas tanah sudah membaik, maka lahan siap ditanami tanaman pangan yang akan menjadi konsumsi bagi hewan dan manusia. Skenario dengan tanaman non-edible ini merupakan langkah yang tepat bagi petani dalam melakukan rehabilitasi lahan pasca tambang timah dengan kualitas tanah yang buruk. *)